Jumat, 19 Oktober 2012

HUBUNGAN MASYARAKAT, AGAMA DAN BUDAYA

  1. HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN AGAMA
Istilah masyarakat dalam bahasa inggris adalah society, sedangkan istilah komunitas dalam bahasa inggris yaitu community. Kedua istilah tersebut sering ditafsirkan sama padalal berbeda artinya. Society atau masyarakat adalah kumpulan orang yang di dalamnya hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. berbeda dengan community atau masyarakat setempat adalah bagian kelompok dari masyarakat(society) dalam lingkup yang lebih kcil serta mereka lebih terikat oleh tempat atau territorial. Masyarakat (society) mempunyai unsure-unsur sebagai berikut: kumpulan orang,sudah terbentuk lama, sudah memiliki system dan struktur social tersendiri, memiliki kepercayaan(nilai), sikap dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri serta memiliki kebudayaan.
Agama adalah sebuah keyakinan dari diri yang
  1. HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN AGAMA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani  Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif
Kebudayaan dan Agama sebagai proses adalah realitas yang tidak terhenti satu jejak saja. Fluiditas keduanya merupakan jejak nostalgia dari sebelumnya untuk titik tolak menuju jejak berikut yang bersifat menambahi, merubah atau bahkan meniadakan
  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MASYARAKAT MENOLAK KEBUDAYAAN BARU
    1. Tidak ada Hubungan dengan Masyarakat Lain Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.
    2. Tidak berkembangnya Ilmu Pengetahuan Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
    3. Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kebudayaan lain serta kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot) yang menganggap bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari pada kebudayaan lain.
    4. Adanya Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan Sendiri.
      Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
    5. Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest) Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menolak kebudayaan baru. Hal ini disebabkan oleh Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan menolak kebudayaan baru.
    6. Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing). Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.
    7. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan baru. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong pada tidak akan digunakan.
    8. 8.    Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki. Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia serta tidak akan menerima kebudayaan baru.
DAFTAR PUSTAKA
Suwarno,dkk.2008. ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR. Surakarta:BP-FKIP UMS.

sumber http://saritetep4.wordpress.com/2012/01/14/hubungan-masyarakat-agama-dan-budaya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar